DAMPAK
GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
(
Karya tulis ilmiah sederhana )
DISUSUN
OLEH::
DIMAS
BUDI SETYOKO
FHERY
APRILLIANA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SMP NEGERI 3 KRAMATWATU
Serang, Banten. Tahun pelajaran 2013/2014
DAMPAK
GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
DISUSUN
OLEH::
DIMAS
BUDI SETYOKO
FHERY
APRILLIANA
Karya tulis ilmiah sederhana sebagai salah satu
syarat mengikuti Ujian Nasional Bahasa Indonesia.
LEMBAR
PENGESAHAN
Karya
tulis ini dibuat dengan judul
DAMPAK
GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN
Disahkan
DITETAPKAN
SERANG, 22 MARET
2014
Disetujui
Pembimbing Penulis
Sringsih
S.Pd Dimas Budi Setyoko FheryAprilliana
NIP: 196509091994122001 NISN: 9980450142 NISN:
99904110751
MOTTO
· Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan
kesalahan – kesalahan, tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa
depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.
·
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam
mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
·
Hati – hati secara berlebihan sama buruknya dengan tidak berhati – hati,
karena membuat orang lain sangsi.
·
Jangan hina pribadi anda dengan kepalsuan karena dialah mutiara diri
anda yang tak ternilai.
·
Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati
suci. Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan beriman.
Itulah tantangan hidup.
·
Jalan terbaik dalam mencari kawan adalah kita harus berlaku sebagai
kawan.
·
Bukan harta kekayaanlah, tetapi budi pekerti yang harus ditingalkan
sebagai pusaka untuk anak – anak kita.
·
Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi
kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.
·
Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah
dikerjakan.
·
Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja
keras.
·
Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.
·
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
·
Hanya kebodohan meremehkan pendidikan.
·
Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan.
·
Dia yang tahu, tidak bicara. Dia yang bicara, tidak Tau.
·
Tidak ada kekayaan yang melebihi akal,dan tidak ada kemelaratan yang
melebihi kebodohan.
·
Seorang sahabat adalah suatu sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak
bahagia.
·
Seorang sahabat adalah orang yang menjawab,apabila kita memanggil dan
sering menjawab sebelum kita panggil.
·
Kekasih yang setia adalah kekasih yang selalu menutup pintu buat
cintanya orang lain.
Riwayat
Hidup
Nama Lengkap : Dimas Budi Setyoko
Tempat,
Tanggal Lahir :
Purbalingga, 22 November 1998
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Kewarganegaraan
:
indonesia
Kesehatan :
Alhamdulillah sehat
Alamat
:
Taman Krakatau blok G24/29
Nisn : 9980450142
Nama Lengkap : Fhery Aprilliana
Tempat,
Tanggal Lahir : Ciamis, 02 April 1999
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan
: indonesia
Kesehatan : 99% Sehat
Alamat
: kampung Larangan, kontrakan
harjatani
Nisn : 99904110751
Kata
Pengantar
Puji dan
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul ’’
DAMPAK GLOBALISASI
TERHADAP PENDIDIKAN
” tepat pada waktunya.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi
tugas Bahasa Indonesia. Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Sriningsih S.Pd selaku guru
pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia
2. Semua pihak yang tidak sempat
kami sebutkan satu per satu yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi
pembaca.
Serang , 22 maret 2014
DAFTAR
ISI
Cover........................................................................................................................1
Judul.........................................................................................................................2
Lembar
Pengesahan.................................................................................................3
Motto........................................................................................................................4
Riwayat
hidup..........................................................................................................5
Kata
pengantar ........................................................................................................6
Daftar
Isi..................................................................................................................7
BAB I :
Pendahuluan………………………………………………………….8
1.1 Latar belakang..................................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................9
1.3 Tujuan penulisan..............................................................................................9
1.4 Metode
Penelitian.........................................................................................10
BAB II : Pembahasan………………………………………....…………......11
2.1Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan........................................11
2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia.....................................................12
2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi…………...…….16
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………......17
3.2 Saran………………………………………………………………....…18
Daftar pustaka……………………………………………………...….……19
Lampiran………………………………………………………...…….……20
Dampak
Globalisasi Terhadap Pendidikan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia
dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu
proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh
bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan
menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli,
2005). Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang
dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi
informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi.
Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai
bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu
globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang
pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan
semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia
pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini
mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini
terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan
diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai
mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari
sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka
program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab
kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan
globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di
pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya
dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia
harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri
sendiri.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang
ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja
sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan
keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi
pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu
hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak
masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini,
untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja
memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu
penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat.
Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan
tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal
tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain
yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin
terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang
dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas
menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan
ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak
mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang
berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai
akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena
kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah pada makalah “Dampak
Globalisasi Terhadap Pendidikan” ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan
berikut.
a. Apa dampak dari globalisasi untuk
dunia pendidikan?
b. Penyebab buruknya pendidikan di era
globalisasi?
c. Cara penyesuan pendidikan di Indonesia
pada era globalisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan guru
dalam mata pelajaran bahasa indonesia. Selain itu, bagi diri kami pribadi
makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang
lebih bagi siswa, baik dalam lingkup SMPN 3 KRAMATWATU maupun di sekolah-sekolah
yang lain.
1.3.2 Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi
terhadap dunia pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi.
Para pembaca yang dominan dari kaula mahasiswa bisa digunakan untuk langkah
menuju ke pengetahuan yang lebih luas, sehingga kedepannya tercipta sdm-sdm
yang unggul.
1.3.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting
globalisasi sehingga dampak bisa negative yang berimbas bisa leih diperkecil.
Dan juga diharapkan agar realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan
semakin lebih baik.
1.4
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam Penelitan
ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Menggunakan angket yang disebarkan
kepada 38 orang siswa SMP tentang DAMPAK GLOBALISASI
TERHADAP PENDIDIKAN yang terdapat pada lingkungan sekolah
SMPN 3 KRAMATWATU.
1.4.2 Mengamati terhadap beberapa
sekolah yang ada disekitar wilayah serang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan
tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga
pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk
menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta
memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM
yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah
dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari
pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut:
2.1.1 Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi
akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru
menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau
menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan
pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film,
suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon
atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek.
Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah
bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung
menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi
mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005)
yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus
kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil
belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali,
mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya
kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan
tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat
dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa
perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis.
Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri
yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses
Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi
seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan
ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang
berjuauhan tempat tinggalnya.
Pembelajaran
Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat
kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan
siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal
pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di
kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan
pendidikan. Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses
belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di
depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang
siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa
tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta
sendiri.
2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan
Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam
kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan
utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah
tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya
“Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan
kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid
ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens.
Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil,
bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166).
.
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana
untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative
bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative
bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan,
kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia,
dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa.
Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui
internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di
Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia
kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses
belajar mengajar.
Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak
globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri
siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam
proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia
2.2.1 Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik
Diakui atau tidak,
sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan
yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas
No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian
kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus dari pasal
ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama dan
pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomis semacam ini terbukti telah gagal
melahirkan manusia yang sholeh yang berkepribadian sekaligus mampu menjawab
tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Secara
kelembagaan,
sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama melalui madrasah,
institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara
pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta
perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat
kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan
oleh Depdiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan
karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru
kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang
perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek.
Pendidikan yang sekular-materialistik
ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai sains-teknologi melalui
pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi, pendidikan semacam itu terbukti
gagal membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan ilmu agama. Banyak
lulusan pendidikan umum yang ‘buta agama’ dan rapuh kepribadiannya. Sebaliknya,
mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasai ilmu agama
dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari segi sains dan teknologi.
Sehingga, sektor-sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang mengerti
agama membuat dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.
2.2.2 Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, itulah
kalimat yang sering terlontar di kalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu
mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi membuat
masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin
mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah
yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana di Indonesia dimaknai
sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang
merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya,
pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite
sekolah terbentuk, segala pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai
keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan dana, tidak transparan. Karena
komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan
adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status
pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi
ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara
mudah dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik
badan hukum yang sosoknya tidak jelas.
Privatisasi atau semakin melemahnya
peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan
kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia
sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong
privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti
pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen
(Kompas, 10/5/2005).
Koordinator LSM Education network foa
Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan
privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersalialisasi
pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke
pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan
sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya
setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses
rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi
dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya
dan miskin.
Pendidikan berkualitas memang tidak
mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?.
Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan
dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan
tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal
keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci
tangan’.
Fandi achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut.
Mencermati konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan
menjadi bergeser. Awalnya, pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
tidak membeda-bedakan kelas sosial. Pendidikan adalah untuk semua. Namun,
pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas (free trade).
Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah
dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak
bisa mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi
kepentingan pribadi maupun golongan.
2.2.3 Kualitas SDM yang Rendah
Akibat paradigma pendidikan nasional
yang sekular-materialistik, kualitas kepribadian anak didik di Indonesia
semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat jauh jika dibandingkan
dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara dengan
segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata
kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan
kualitas SDM yang mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi
pengusiran dan pemerkosaan tenaga kerja tak terdidik yang dikirim ke luar
negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi di pasar Internasional.
Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa daerah di
Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1.
berikut menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMU
maupun SMK untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita masih membutuhkan sekitar
218.000 guru tambahan, dan ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan
keguruan.
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya
manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang baik, tetapi juga
diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan non
formal.
2.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap
menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu
saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih
dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan
peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu
tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan
tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan.
Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga
dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian
dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga
memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita
lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan
nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena
mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin besar
kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini,
kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi,
maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita
sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan),
repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu
semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus
berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan
komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun
2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa
yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Globalisasi adalah
suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
di seluruh dunia
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola
pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah
menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer.
Perubahan Corak Pendidikan, mulai longgarnya kekuatan kontrol
pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi
global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan
pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi
mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan
tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah
tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya
“Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan
kembali ke masa depan.
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain
sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan
dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh
negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme,
kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti
pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk
siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui
internet.
Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi di indonesia
adalah Mahalnya Biaya Pendidikan, Kualitas SDM yang Rendah dan fasilitas
pendidikan ang kurang, itu yang mengakibatkan pendidikan tidak berjalan dengan
lancar
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning
(pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan).
Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus
berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan
komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu
3.2 Saran
Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk
a. Masyarakat
agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal
pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar
b. Pemerintah
Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan
pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training
DAFTAR PUSTAKA
[1] Asri B. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.
[2] Faizah, F. 2009. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan,
(Online)(http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127), diakses 18
Oktober 2011.
[3] Munir. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Maqdani, Anggota IKPI.
[4] Surya, M. 2002. Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat
penerbitan Universitas Terbuka. Suryabrata, [5] S. 2010. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Rajawali Pers.
[6] Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online),
(www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151), diakses
18 Oktober 2011.
[7] Wardoyo, C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i)
diakses 18 oktober 2011.
LAMPIRAN
JADWAL
PENGERJAAN
13 Maret 2014
|
Diberi tugas membuat karya ilmiah sederhana
|
|
|
16 Maret 2014
|
Mengerjakan Tugas
karya ilmiah sederhana di rumah
|
|
|
20 Maret 2014
|
Diberi pengarahan
oleh pembimbing Bu Sriningsih
|
|
|
22 Maret 2014
|
Memperbaiki Tugas
karya ilmiah sederhana di warnet
|
|
|